LUWU UTARA - Inovator GIAT KI CES, drg. Arie Andi Dhayan Tomaisuri, S.KG., tampil memukau di hadapan Tim Penilai Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (21/3/2023), di Posyandu Mawar Desa Mukti Jaya, Baebunta Selatan.
Inovasi GIAT KI CES mendapat penilaian melalui kegiatan verifikasi lapangan sebagai tahapan pamungkas sebelum semua inovasi di Sulsel yang masuk 50 besar dikerucutkan menjadi 30 inovasi terbaik di Sulsel, yang kemudian disebut sebagai inovasi Top 30 KIPP Sulsel.
Sang Inovator, drg. Arie Andi Dhayan Tomaisuri, terus mendapatkan rentetan pertanyaan dari Tim Penilai KIPP Sulsel yang berjumlah tiga orang tersebut. Satu per satu pertanyaan pun mendapat jawaban yang begitu memuaskan dari seorang dokter gigi muda tersebut.
Tim Penilai, Rajendra, misalnya. Ia memberikan pertanyaan terkait hubungan inovasi GIAT KI CES yang fokus pada kesehatan gigi dan mulut dengan pencegahan stunting. Jawaban drg. Dhayan, sapaan akrabnya, berhasil memuaskan tim penilai, utamanya Rajendra.
“GIAT KI CES adalah sebuah inovasi yang kami hadirkan sebagai upaya pencegahan stunting melalui pendekatan pencegahan gigi dan mulut anak, ” ucap Dhayan. Ia menambahkan bahwa sasaran inovasi dia bukan hanya kepada balita tetapi juga para ibu balita itu sendiri.
“Kami juga mengedukasi ibu-ibu balita sebagai sasaran inovasi ini bahwa betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi anak balitanya, ” ujarnya menambahkan. Dhayan mengingatkan bahwa gigi balita yang bermasalah terus-menerus akan meningkatkan potensi risiko stunting.
“Jangan anggap remeh sakit gigi, utamanya gigi berlubang, karena kalau giginya bermasalah secara terus-menerus, maka di kemudian hari risiko stunting bisa saja terjadi, ” lagi drg. Dhayan mengingatkan, seraya berharap para ibu dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut anak.
Untuk itu, lanjut dia, para ibu harus mengetahui bagaimana mengajarkan anak menyikat gigi yang benar, dan waktu tepat menyikat gigi. “Ibu-ibu ini kemudian kita edukasi untuk menjaga kesehatan gigi anaknya, mulai bayi belum tumbuh gigi sampai tumbuh gigi, ” imbuhnya.
Masih Dhayan, untuk membangun kebiasaan itu, pihaknya kemudian memberikan lembaran kartu kontrol 21 hari yang sudah menjadi ketentuan kementerian kesehatan. “Melalui kartu kontrol ini, ibu-ibu akan men-ceklis apakah sudah menyikat gigi pagi dan malam, ” jelasnya.
Lebih jauh Dhayan menjelaskan bahwa perlu ada peningkatan kesadaran bagi ibu-ibu yang memiliki balita agar dapat terampil dalam memelihara kesehatan dan mulut anaknya, sehingga anak-anaknya juga dapat terhindar dari potensi terjadinya risiko stunting pada anak.
“Dalam Jurnal Kesehatan Gigi, gambaran kesehatan gigi pada anak stunting di Indonesia memiliki tingkat keparahan gigi berlubang yang tinggi. Nah, pada saat gigi balita mengalami kerusakan, pasti akan mengalami infeksi apabila tidak dilakukan perawatan, ” jelas dia.
“Infeksi ini akan menyebabkan penurunan nafsu makan bagi anak. Kemudian kondisi gigi yang berlubang dalam jangka waktu lama akan memengaruhi pengunyahan. Proses pencernaan itu kan dikunyah dulu agar nutrisi yang masuk ke lambung terserap sempurna, ” sambungnya.
Jika gangguan kesehatan mulai terjadi di mulut, maka proses pencernaan takkan maksimal. “Ada potensi kurangnya penyerapan nutrisi yang harusnya balita dapatkan. Jika ini berlangsung terus, anak-anak yang awalnya sehat, bisa jadi akan stunting di kemudian hari, ” terangnya.
“Menurut penelitian, anak-anak dengan gigi berlubang memiliki potensi risiko stunting lebih tinggi dibanding anak-anak yang tingkat keparahan giginya rendah. Perlu memang membangun kebiasaan buat ibu-ibu menyikat gigi anaknya dengan baik dan benar, ” pungkasnya. (LH)